Kisah Seorang Anak miskin, 5 tahun putus sekolah, pernah jadi Kuli Bangunan, kundetur, buruh (penebang) kayu hutan, buruh tani, petani karet, dan Buruh Perikanan.
Karena kemauan yang kuat, bisa melanjut studi, kuliah biaya sendiri (disela2 kuliah mengajar TK, TPA/TPQ, PAUD, MTs dan MAN), semester 4 nikah, semester 7 dianugrahi anak down syndrom jantung bocor 8mm, masih menjadi ketua BEM, Ketua Korp Dakwah Mahasiswa UIN (Kordiska), Pengasuh Yayasan, Penyuluh honorer Kemenag DIY, Editor teknis Disertasi (doktoral) Pascasarjana UIN Suka, dan Konsultan Hukum di Pengadilan Agama Sleman,
Tapi masih bisa menjadi Mahasiswa dg lulusan tercepat/Wisudawan Tercepat, Terbaik Cumlaude I pada jenjang:
- S-1 (3 tahun 6 bulan 10 hari, IPK. 3.88, tertinggi se-Fakultas dan se-Universitas)
- S-2 (1 tahun 6 bulan 8 hari, IPK. 3. 79, tertinggi Tingkat Pascasarjana)
Wisuda S1 wisuda bareng dengan Istri, diapit/didampingi anak dan kedua mertua.
- Lulus S1 langsung diberi beasiswa S2
- Lulus S2 kemudian direkomdasikan menjadi Dosen Luar Biasa di UIN.
Sekarang, selain masih menjadi editor skripsi, tesis dan disertasi, juga Menjadi Dosen di Universitas Muhammadiyah Purworejo
Saya tulis testimuni ini, bukan niat ingin menyombongkan diri (Na'udzubillah). namun sya tulis ini bertujuan, yg nasibnya sperti sya, bisa termotivasi, sdg yg nasibnya lebih baik dri sy, semoga tdk menyia2kan kesempatan, hrus lbih sukses lgi..
Kondisi serba kekurangan bukanlah alasan untuk berhenti mencari ilmu
"Tiada kebahagiaan dalam menuntut ilmu kecuali mereka yang ketika belajar dalam kondisi serba kekurangan
"Pelajarilah oleh kalian ilmu pengetahuan karena mempelajarinya merupakan suatu kebaikan, mencarinya adalah ibadah, muzakarah (mendiskusikannya) terhadapnya lasana tasbih, membahasnya merupakan jihad, memberikannya (dengan kemurahan hati) dianggap mendekatkan diri (kepada Allah), dan mengajarkannya kepada orang yang tidak mengerti berarti shodaqah”
BANYAK ORANG (termasuk saya)
SLALU MRASA PINTAR.
TP TDK PINTAR MERASA
BANYAK BACA JADI TAHU
JARANG BACA KURANG TAHU
TIDAK BACA JADI SOK TAHU
MAN JADDA WA JADA
Karena kemauan yang kuat, bisa melanjut studi, kuliah biaya sendiri (disela2 kuliah mengajar TK, TPA/TPQ, PAUD, MTs dan MAN), semester 4 nikah, semester 7 dianugrahi anak down syndrom jantung bocor 8mm, masih menjadi ketua BEM, Ketua Korp Dakwah Mahasiswa UIN (Kordiska), Pengasuh Yayasan, Penyuluh honorer Kemenag DIY, Editor teknis Disertasi (doktoral) Pascasarjana UIN Suka, dan Konsultan Hukum di Pengadilan Agama Sleman,
Tapi masih bisa menjadi Mahasiswa dg lulusan tercepat/Wisudawan Tercepat, Terbaik Cumlaude I pada jenjang:
- S-1 (3 tahun 6 bulan 10 hari, IPK. 3.88, tertinggi se-Fakultas dan se-Universitas)
- S-2 (1 tahun 6 bulan 8 hari, IPK. 3. 79, tertinggi Tingkat Pascasarjana)
Wisuda S1 wisuda bareng dengan Istri, diapit/didampingi anak dan kedua mertua.
- Lulus S1 langsung diberi beasiswa S2
- Lulus S2 kemudian direkomdasikan menjadi Dosen Luar Biasa di UIN.
Sekarang, selain masih menjadi editor skripsi, tesis dan disertasi, juga Menjadi Dosen di Universitas Muhammadiyah Purworejo
Saya tulis testimuni ini, bukan niat ingin menyombongkan diri (Na'udzubillah). namun sya tulis ini bertujuan, yg nasibnya sperti sya, bisa termotivasi, sdg yg nasibnya lebih baik dri sy, semoga tdk menyia2kan kesempatan, hrus lbih sukses lgi..
Kondisi serba kekurangan bukanlah alasan untuk berhenti mencari ilmu
ما أفلح في العلم إلا من طلبه في القلة
"Tiada kebahagiaan dalam menuntut ilmu kecuali mereka yang ketika belajar dalam kondisi serba kekurangan
"Pelajarilah oleh kalian ilmu pengetahuan karena mempelajarinya merupakan suatu kebaikan, mencarinya adalah ibadah, muzakarah (mendiskusikannya) terhadapnya lasana tasbih, membahasnya merupakan jihad, memberikannya (dengan kemurahan hati) dianggap mendekatkan diri (kepada Allah), dan mengajarkannya kepada orang yang tidak mengerti berarti shodaqah”
تعلمواالعلم فإن تعلمه حسنة وطلبه عبادة ومذاكرتة تسبيح والبحث عنه جهاد وبذله قربة وتعليمه لمن لا يعلمه صدقة
(الحديث عن معاذ ابن جبل في الكتب ادب العالم والمتعلم لشيخ هاشم اشعاري)
BANYAK ORANG (termasuk saya)
SLALU MRASA PINTAR.
TP TDK PINTAR MERASA
BANYAK BACA JADI TAHU
JARANG BACA KURANG TAHU
TIDAK BACA JADI SOK TAHU
MAN JADDA WA JADA
1. Perjalanan Hidup Diwaktu Kecil (SD/MI)
Aku berasal dari sebuah kampung yang sangat terpencil (Kampung Pematang Rambai, Dsn. Karya Usaha RT.02 RW.03 Des. Kuala Mandor A Kec. Kuala Mandor B Kab. Kubu Raya—sebelum pemekaran masuk Pontianak--Kalimantan Barat), dimana remaja seusiaku saat itu, tidak ada satu pun yang lulus MTs, apalagi SMA atau kuliah. Di antara mereka seusiaku juga masih banyak yang belum bisa baca tulis, apalagi baca al-Qur’an, dan bahkan mereka lebih banyak menikah di usia dini, serta memilih bekerja di Malaysia, menjadi petani atau buruh kasar.
Selain aku berasal dari kampung terpencil, aku juga dilahirkan dari keluarga yang tidak mampu, dan tidak perpendidikan. Tidak ada satu pun dari keluargaku, baik kedua orangtua, atau pun saudara (2 Kakak, 1 adik perempuan) yang lulus SD. Hanya dua Adikku saja sekarang masih dalam status ingin melanjutkan pendidikan.
Pertama mengenyam pendidikan, aku langsung sekolah di 2 sekolah yaitu SD Pematang Rambai Laut (masuk pagi sd siang) dan Madrasah Ibtidaiyah (MIN) Raudhatul Ulum Pematang Rambai Darat (masuk siang sd sore). Dua sekolah tersebut sangat jauh dari rumahku, terlebih saat itu ditempuh dengan berjalan kaki yang lebih/kurang 1,5 jam perjalanan. Karena faktor jarak yang jauh itu, aku setelah selesai masuk SD kadang tidak pulang ke rumah, tapi makan siang (nyangu) dan ganti pakaian (seragam SD ke seragam MIN) di kebun karet antara persimpangan SD dan MIN. Bila telah selesai masuk MI dan cuaca hujan aku pun tidak pulang ke rumah melainkan pulang/nginap di rumah nenek yang mana jaraknya lebih dekat dari sekolahku sehingga besoknya ketika ingin masuk SD jarak yang aku tempuh menjadi lebih dekat.
Ketika aku Sekolah Dasar (SD) naik kelas 3, bersamaan saat itu aku di MIN kelas satu dan langsung naik kelas 3, maka dengan petimbangan faktor: kecapean, tidak ada lagi teman-teman di kampungku yang masuk SD, dan karena pertimbangan MI aku telah menerima pelajaran ilmu agama dan umum, maka aku putuskan keluar dari SD (berhenti kelas 3) dan memilih fokus di MIN. Dan keputusanku saat itu tepat, di MIN aku hanya sekolah 4 tahun (kelas 1 langsung naik kelas 3 dan kemudian dinaikkan ke kelas 5 dan kelas 6), MIN aku lulus tahun 1995. Di masa akulah pertama kali sekolahku mengikuti ujian nasional, waktu itu sekolahku masih nginduk di MIN Babussalam II Simpang Kiri, dan Ujian nasionalnya di Parit Adam Sui Ambawang Kubu Raya.
2. Memori Kelam Masa Kecil yang Membuat Trauma
Mengenang memori kelamku, ketika masih sekolah SD dan MIN dan jarang pulang ke rumah tapi pulang ke rumah Nenek.
Suatu ketika pulang sekolah SD aku pulang ke rumah emba, sore hari aku bermain dengn teman-teman di rumah embah. Keesokan harinya aku sekolah SD dan pulang ke rumah, sesampainya di rumah aku dapat berita bahwa uang mbah Rp. 5.000 hilang dan dituduhkan padaku. Karena tuduhan itu serta melihat sifat bapakku yang emosional aku pun takut pulang ke rumah. Tiap pulang sekolah aku pulang hanya makan dan kemudian pergi lagi main di rumah tetangga (te Dehlawi). Benar saja siang itu kira-kira waktu duhur bapak datang menjemputku, aku diajak pulang. Sesampainya di rumah aku disuruh makan, namun setelah aku selesai makan aku digelendong(diikat) di bawah pohon rambutan. Aku diikat di bawah pohon rambutan dari waktu dhuhur hingga sore (asar) atas tuduhan mencuri yang mana perbuatan itu tidak sama sekali aku lakukan. Pelajaran orangtuaku sampai sekarang masih selalu terekam dalam memory trauma hidupku.
3. Bekerja Berat Membantu Orangtua Sejak Kecil
Sejak kelas 3 MIN juga aku sudah bantu-bantu orangtua ngangkat getah karet di kebun. Kelas 4 aku sudah diberi jatah nyadap karet (motong) dengan bawaan 1 ember kecil. Kelas 5 jatah motongku ditambah menjadi bawaan 1 ember besar getah karet. Dan ketika aku kelas enam aku sudah diajak nyadap karet malam (ngobor), bila tugas itu tidak aku laksanakan, maka yang akan aku terima adalah marahan, omelan, dan bahkan pukulan dari orangtua.
4. Kehidupanku Ketika Nyantri Di Ponpes Darun Nasyiin
Setelah lulus MIN tahun 1995, oleh pamanku aku dimasukkan di MTs Pesantren Darun Nasyiin Sungai Pelaik Sui. Ambawang. Di pesantren karena kekurangan biaya aku menjadi Abdi dhelem (bekerja tani jahe, singkong dan nyadap karet). Selain itu aku juga jadi tukang pijit kiyai (alm. KH. Abdus Syakur Walid Nur Halim). Hal yang sama juga aku lakukan ketika aku pulang ke rumah (liburan Pondok), aku harus bantu orangtua Nyadap karet, nyangkul, Tanam Keladi/tales, singkong, ketela dan pekerjaan lainnya. tidak seperti santri-santri sekarang yang bila liburan lebih banyak jalan-jalan, nongkrong, main Hp/motor dan santai-santai lainnya.
5. Kehidupanku Beratku (di Rumah) Setelah Lulus Dari PP Darun Nasyiin
Tahun 1999 setelah aku lulus MTs dengan predikat lulusan terbaik 4, Karena prestasi itu, aku minta orangtuaku untuk melanjutkan studiku di Jawa, tapi mereka tidak mau dengan alasan biaya. Saat aku sampaikan keinginanku tersebut, orangtuaku berkata“jika kamu ingin mondok lagi, bantu dulu kami kerja selama setahun, setelah itu kamu mau mondok lagi, cari kerja dan/atau mau nikah kami turuti”. Atas permintaan itupun aku sanggupi dengan semangat membantu orangtua: bila cuaca tidak hujan (terang) aku nyadap karet (turun ke kebun kadang pukul 01.30 pagi, selesai pukul 11.30 siang). Bila cuaca hujan (pagi tidak bisa nyadap karet) atau bila terang sore setelah nyadap, aku juga harus, nyangkul, garap lahan sawah untuk macam-macam pertaniaan seperti tani padi, kacang panjang/otok, cabai, singkong, ketela, keladi dan sebagianya.
Bahkan bila cuaca terang (bisa nyadap karet) sekira aku ada di rumah aDikku/mBakku yang sudah nikah dan lain rumah atau nonton hiburan/imtihan, aku tengah malam harus pulang dan langsung nyadap karet. Punya niat bepergian tempat keluarga yang jauh pun tidak terlaksana bila masih bisa nyadap karet. Karena nyadap karet menjadi pekerjaan wajib yang diberikan orangtua untukku. Anehnya meski aku bantu kerja orangtua banting tulang, tiap aku minta uang untuk uang saku selalu orangtua bilang tidak “punya uang”, bahkan untuk rokok saja aku harus merokok tembakau (nglinting), Padahal aku kerja bersama mereka. Bila aku sampai tidak nyadap karet yang akan aku terima adalah marahan, omelan serta cacian.
Ketika musim hujan (tak bisa nyadap karet) aku kadang habis maghrib setelah ngajar ngaji langsung main ke rumah teman2 dan pulang malam terus tidur, bila jam 5 atau setengah 6 pagi aku belum bangun dan sholat shubuh, maka omelan, marahan, cacian bahkan guyuran air (disiram dengan air) pun harus aku rasakan dari ibu. Pernah suatu hari pas waktu hujan, aku main kumpul-kumpul dengan teman sebaya atau tetangga yang lebih tua di rumah mereka sambil main gaple/reme/poker, aku nginap di rumah mereka dan pulang pagi. Setibanya di rumah aku dimarahin habis-habisan bahkan aku juga dipersamakan dengan BINATANG “MUSANG” oleh ayahku. (kalau anaknya musang, terus ayahnya apa ya?????, hehe).
6. Pengalaman Kabur dari Rumah
Setelah tiba setahun aku membantu kedua orangtuaku, aku tagih janji mereka, Dari tiga janji yang ditawarkan tersebut aku memilih tetap ingin melanjutkan pendidikan ke Jawa. Namun setelah aku tagih janji tersebut, berbagai alasan dilontarkan kedua orangtuaku, hingga akhirnya suatu sore kami bertengkar hebat dan aku pun ke esokan harinya (pagi hari sekitar jam 07,03) MINGGAT/KABUR dari rumah, aku kabur dengan cara meloncat dari jendela kamarku. Setelah aku berjalan kebarat kira-kira 1 KM (nyampe sekolah Pematang Rambai) aku tersadar kalau dompetku ketinggalan di kamar rumahku. Aku pun kembali pulang untuk mengambil dompet. Sesampainya di rumah tetangga sebelah barat rumah, aku minta tolong anaknya untuk mengambilkan dompet di kamar, namun ternyata kepergianku diketahui oleh ibu dan saudaraku, adapun bapakku saat itu sudah pergi nyangkul di ladang. Aku pun oleh ibu disuruh pulang untuk mengambil sendiri dompetku yang ketinggalan. Sesampainya di rumah, Ibuku bertanya padaku sambil menangis “Mau pergi kemana kamu Man?”, aku jawab aku akan pergi ke Sui Rengas rumah kakak Sairin (ponaan ibu) dan bekerja menjadi buruh tani (nyangkul) membuat galangan untuk kebun kacang panjang kumpulkan biaya untuk mondok lagi ke jawa. Ibuku percaya, sambil menangis beliau berkata“Nak, tidak satu orangtua pun yang tidak ingin melihat anaknya sukses, namun mau gimana lagi kita orang miskin, tidak punya biaya untuk memondokkan kamu lagi”. (dalam hati aku bergumam “sebagian/kebanyakan orang daerah sekitar sini memang demikian, giliran untuk kebaikan dunia akhirat meski memiliki kebun/tanah luas pasti ngakunya miskin. giliran kalau numpuk harta, beli barang, motor dan sebagianya, mereka mampu, seolah-olah ketika mereka mati besok tanah dan hartanya yang akan menolong mereka dari siksa kubur dan neraka)”.
Seraya tetap sambil menangis ibu merestuiku berangkat kerja ke Sui Rengas, dan ibu berpesan baik-baik disana, kerja yang serius, sampaikan salam kami buat kakakmu di sana, kemudian ibuku membawakan oleh-oleh berupa bubuk kopi untuk kakak yang di Sui Rengas. Sambil tetap aku menangis aku pamit dengan ibu dan kakak, aku berjalan menulusuri jalan ke barat, Pematai Rambai, Bong Asam hingga sampai ke Kuala Mandor A (Bung). Sampai di Kuala Mandor A aku bukannya ke Sui Rengas tapi malah ke rumah paman di Kubu Padi, aku nyadap karet disana bagi hasil. Selain itu, aku juga membantu mereka bertani keladi/tales.
Setelah aku kerja disana 3 bulan Allah memberiku musibah/balak, saat aku membersihkan (menyiangi) dahan-dahan keladi yang kering, bagian punggung telapak kaki kiriku terbacok sabit/arit yang kedalamnnya sampai ± 12 cm. Akhirnya akupun sadar tidak baik melawan orangtua, inilah tulah dari akibat berbohong dengan orangtua. Akupun akhirnya pulang ke rumah lagi.
Setelah aku kerja disana 3 bulan Allah memberiku musibah/balak, saat aku membersihkan (menyiangi) dahan-dahan keladi yang kering, bagian punggung telapak kaki kiriku terbacok sabit/arit yang kedalamnnya sampai ± 12 cm. Akhirnya akupun sadar tidak baik melawan orangtua, inilah tulah dari akibat berbohong dengan orangtua. Akupun akhirnya pulang ke rumah lagi.
Setelah aku tinggal di rumah kembali, aku tetap membantu orangtua dengan segala pekerjaan rutinnyanyadap karet, nyangkul, garap lahan untuk macam-macam pertaniaan seperti tani padi, kacang panjang, cabai, singkong, ketela, keladi dan sebagianya. Untuk main Bola sore di lapangan bersama teman-teman pun aku harus curi-curi dari orangtua setelah nebas rumput sawah/ladang.
7. Kehidupanku di Rumah Setelah Kabur
Dalam ketertekanan jiwa yang terus berontak, berontak tidak terima dengan keadaan/nasib hidup yang selalu tertekan dan harus selalu kerja berat sebagaimana cerita di atas, berontak karena bila terus tinggal dengan orangtua hanya akan selalu berbuat dosa (bertengkar), dan berontak dengan keadaan lingkungan kampung yang jauh dari rahmat Allah, serta berontak karena merasa belum punya ilmu (masih merasa bodoh, terlebih pernah dikata-katain oleh orangtua “Tade’ ghunanah mondok” (tidak ada gunanya mondok), karenanya aku pun beberapa kali disaat kerja di kebunmenangis dan berteriak dan berseru “Ya Allah berilah aku kesempatan mondok lagi, berikan hamba ya Allah kesempatan untuk merubah nasib hamba.” Demi tetap ingin menggapai impian meraih cita-cita tersebut serta karena motivasi cinta seseorang (red-cerita dalam versi lain)”, aku akhirnya bekerja menjadi kuli bangunan, tukang kali tambak ikan, kondektur kapal motor (Bato ae’ Motor air Kalianget), dan bahkan buruh kasar lainnya hingga akhirnya aku pun beberapa kali jauh sakit parah karenanya.
8. Terpenuhinya Kesempatan Mondok Lagi
Karena rasa trauma yang aku alami serta tekad kuat mondok lagi meski telah putus sekolah selama 3 tahun, untuk tetap ingin meraih impian, dengan modal tekad serta hasil kerja buruh dan bantuan dari saudara-saudara perempuan dan orangtua, tangal 31 Juli 2001 aku pun akhirnya bisa berangkat ke Jawa, dan mondok di Pondok Pesantren Darul Ulum Banyanyar Pamekasan. Setelah 3 bulan aku di pondok, karena keterbatasan biaya, (sebulan hanya dikirim Rp. 100.000 termasuk uang makan, SPP, Listrik dan beli kitab), aku pun harus puasa selama 9 bulan dan hanya makan 1 kali sehari semalam (Buka Puasa sekaligus Sahur).
9. Lika-Liku Kehidupanku (Sengsara Namun Penuh Prestasi) Di Ponpes Darul Ulum Banyuanyar
Di PP Darul Ulum aku masuk MA, baru 2 bulan masuk, ada guru yang menawariku ikut ujian persamaan MA paket “C”. Guna mengejar ketertinggalan studi, guru tersebut bilang “jika aku ikut ujian paket, maka aku bisa sekolah salaf sambil kuliah di pesantrenku.” Aku pun ikut sarannya dan memilih keluar dari MA serta pindah Madrasah Diniyah salaf, namun ketika pelaksanaan UN tiba, aku tidak bisa ikut UN dengan alasan No. NISN-ku tidak keluar. Setelah kutelusuri ternyata aku hanya ditipu, uang bayar paket “C” pun hangus, padahal uang tersebut hasil aku pinjam dan/atau orangtua jual keladi (sampai saat ini tidak dibayar olehnya). Jadilah aku putus sekolah formal 4 tahun.
Setelah aku tertipu, aku pun tahun berikutnya (ajaran baru 2002) masuk MA lagi, Alhamdulillah hasilnya belum genap setahun di MA, Allah menampakkan kuasanya, atas rekomendasi Kiai Mustofa Kamal yang waktu itu sebagai TU sekolah MA, aku diangkat jadi Guru TK dan MI, selain itu aku juga diberi amanah jadi ketua kelas selama 2 tahun (kelas 2 dan 3 MA), jadi ketua Majelis Permusyawaratan Siswa (MPR-nya OSIS), Koordinator pengembangan mengajar siswa MA, dan ketua Forum Studi Kemasyarakatan (FoSMa). Akupun kadang ngisi les bahasa Indonesia adik-adik kelas MTs.
Dengan motivasi belajar yang tinggi aku juga ikut kursus bahasa Inggris, Arab dan bahkan kursus elektro. Dengan segala aktivitas organisasi dan kegiatan pesantren, aku masih bisa berprestasi, terhitung sejak kelas 2 sd. kelas 3 MA prestasiku tidak pernah turun dari ranking 1 dan 2, bahkan prestasi yang terbaik saat itu adalah aku menjadi siswa dengan lulusan terbaik ke-2 se-Kabupaten Pamekasan (2005) untuk jurusan Bahasa. Lulus MA (2005) aku belum bisa langsung kuliah (ikut SNMPTN dsb.). Aku harus memenuhi kewajiban pesantren dulu yaitu setiap santri yang lulus MA wajib mengabdi dulu pada masyarakat (semacam KKN Individu) selama setahun. Bertambah aku putus sekolah jadi 5 tahun. Setelah masa pengabdianku selesai, dengan dukungan/motivasi dari orangtua. bermodal uang saku (amplop) yang aku dapat dari tempat pengabdian, aku kemudian bertekad kuliah S1 di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, masuk jogja sebulan setelah gempa, 2006.
Dengan motivasi belajar yang tinggi aku juga ikut kursus bahasa Inggris, Arab dan bahkan kursus elektro. Dengan segala aktivitas organisasi dan kegiatan pesantren, aku masih bisa berprestasi, terhitung sejak kelas 2 sd. kelas 3 MA prestasiku tidak pernah turun dari ranking 1 dan 2, bahkan prestasi yang terbaik saat itu adalah aku menjadi siswa dengan lulusan terbaik ke-2 se-Kabupaten Pamekasan (2005) untuk jurusan Bahasa. Lulus MA (2005) aku belum bisa langsung kuliah (ikut SNMPTN dsb.). Aku harus memenuhi kewajiban pesantren dulu yaitu setiap santri yang lulus MA wajib mengabdi dulu pada masyarakat (semacam KKN Individu) selama setahun. Bertambah aku putus sekolah jadi 5 tahun. Setelah masa pengabdianku selesai, dengan dukungan/motivasi dari orangtua. bermodal uang saku (amplop) yang aku dapat dari tempat pengabdian, aku kemudian bertekad kuliah S1 di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, masuk jogja sebulan setelah gempa, 2006.
10. Awal Kisah Perjalanan Hidupku di Yogyakarta
Di UIN SUKA aku mengambil jurusan Jinayah Siyasah (Hukum Pidana dan tata Negara Islam), Fakultas Syariah dan Hukum. Awal-awal aku di Jogja, hidupku bisa dikatakan pas-pasan bila dibanding teman-teman mahasiswa daerah lainnya. Dari semester 1 sampai 2 aku coba meminta pada orangtuaku, agar aku dikirimi biaya bulanan sebesar Rp. 400.000, namun permintaan itu tidak terpenuhi, aku kadang hanya dikirim Rp.400.000 untuk dua bulan, (hal ini aku maklumi karena keluargaku memang orang tidak mampu).
Setelah 4 tahun tidak pulang (pulang terakhir tahun 2003), Ketika libur semester 2 ke semester 3 tahun 2007 aku pulang ke Kalimantan Barat mengurus proses operasi bapakku yang terkena ambien akut (parah). Ketika aku sampai di rumah, orang-orang di rumahku pada menggugat semua, mereka mengeluh tentang biaya dan memintaku berhenti kuliah di Jogja, pindah kuliah di Pontianak. Mereka juga complain karena aku mengambil jurusan hukum Islam (syariat) tidak mengambil jurusan pendidikan dan menjadi guru. Mereka juga ngeluh serta mencemoohku (sebagian dari paman-pamanku), mereka menuntutku kuliah sambil mengajar, bahkan saudaraku yang di Arab (mba’ Farida) menuntutku untu mengambl ekonomi. Dengan berbagai tuntutan itu aku melakukan pembelaan dengan mengatakan “ kalau aku kuliah di Pontianak, selain aku sudah nganggur studi 5 tahun, juga karena jurusan yang aku ambil tidak ada di Pontianak. Bila aku pindah maka selain biaya/dana yang kuliah di Jogja hangus, juga aku akan nambah nganggurnya menjadi 6 tahun. Terkait permintaan mbak Farida yang memintaku mengambil jurusan ekonomi, aku bilang aku sekolah Aliyahnya ambil jurusan “bahasa” jadi aku tidak menguasai ilmu ekonomi, bila aku memaksakan diri ambil ekonomi itu artinya hanya akan membuatku sulit sendiri.” Lebih lanjut aku mengatakan pada mereka, izinkan dan doakan saja aku tetap kuliah di jogja, meski tidak dikirimpun tidak apa-apa, masalah ngajar aku akan buktikan meski tidak kuliah ambil jurusan “pendidikan” pasti aku bisa ngajar.” (pernyataanku tersebut hanya didasari rasa tekad kuat dan tawakkal pada Allah).
11. Perjalanan Hidupku Setelah Kembali ke Yogyakarta
Dua bulan setelah kepulanganku dari rumah, hidupku sangat memprihatinkan, makan kadang sehari hanya mie 1 bungkus atau numpang makan pada teman. Hanya karena tekad kemauan dan motivasi belajar yang kuat saja aku terus berjuang bertahan untuk terus belajar dan sekolah yang tinggi demi menggapai cita-cita.
Sekira dapat 3 bulan setelah aku pulang dari rumah, untuk menupang hidup dan biaya kuliah, maka, disela-sela kuliah aku mengajar di SD-SD, Sore ngajar TPA, dan malam jadi jaga warung lesehan (kadang jika aku sangat butuh banget baru aku minta bantuan kakakku yang jadi TKI di Arab Saudi). Namun demikan aku masih aktif berorganisasi, aku pernah aktif di UKM Mizan (devisi Tafsir), UKM Studi Pengembangan Bahasa Asing (devisi B. Arab), PMII, Rebana al-Hamro (Bom-F Dakwah), Pusat Studi dan Konsultasi Hukum (PSKH) BOM-F Faklutas Syariah dan Hukum, UKM Korp Dakwah Islamiyyah UIN Suka (Kordiska), Pendidikan Anak-Anak Masjid Syuhada (PAMS) Kota Baru Yogyakarta, Komunitas mahasiswa Kalimantan Barat “Keluarga Besar Bumi Katulistiwa (KMBK), dan magang di Pengadilan Negeri Yogyakarta, 2009. Karena aktivitas yang padat dan mobilitas yang tinggi akupun harus berkali-kali keluar masuk Rumah Sakit. Selama 3 tahun 2006-2008 terhitung 4 kali aku sakit parah, selain karena faktor kecapean, aku juga terkena DBD dan Tipus, Cikungunya dan Tipus, Komplikasi, radang usus, dan bahkan pernah didiagnosa jantungku bocor.
12. Kisahku Menikah Dini di Masa Kuliah
Semester 1 aku kenal seorang wanita bernama Yuli Setyaningsih, S. Sos.I, asal Kuncen Kalijirek Kewudusan Kebumen Jateng, anak seorang Kiai dan pegawai Depag Kebumen. Aku dan dia satu organisasi di UKM Korp Dakwah Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga (KORDISKA), kami berteman dan akrab, Dia sering main ke kontrakanku (waktu itu aku ngontrak 1 rumah bersama 8 orang teman sesama alumni Darul Ulum Banyuanyar), ia mengerjakan tugas kuliahnya di kontrakanku, ia juga kadang bawa makanan/bingkisan untukku, bahkan makan pun kadang aku dibelikan dia. Ia banyak berjasa terhadapku, ia telah banyak membantuku dalam bidang ekonomi dan yang merawatku di saat aku sedang sakit (bahkan ketika aku sakit diare akut pun, ia yang mencuci semua celana dalamku yang penuh kotoran).
Aku dan dia menjalani hubungan pertemanan mengalir saja seperti air. Aku tidak bisa melangkah lebih jauh dengan hubungan lebih serius lagi. Putusan seperti ini aku pilih, karena aku tak ingin melukai salah satu dari 2 cewek yang paling berkesan dalam hidupku. Aku telah mempepunyai ikatan dengan seorang wanita di Pontianak sejak tahun 2000, aku berpikir bila aku pilih cewek yang di Jogja, aku akan menyakiti perasaan dia yang di Kalimantan yang selama aku mondok dan kuliah ke Jogja cintanya menjadi sumber motivasi dan obsesi aku untuk terus belajar dan berprestasi. Sedang bila aku pilih cewek yang di Kalimantan tentu bila aku jadian dengan yang di Jogja, ia akan kecewa juga karena aku memilih yang di kalimantan.
Semester 4 libur masuk semester 5 aku pindah dari kontrakan dan pilih ngekost. Dengan kondisi aku yang ngekos di kamar sendirian dan karena benkgroundku yang dalam tanda kutip "oleh orang-orang dipanggil ustad" kuatir kalah iman dan menjadi pergunjingan jemaahku, 2 bulan setelah aku kost demi menjaga agama/iman tanggal 31 Juli 2008 aku ajak dia menikah (tapi nikahsiri). Awalnya orangtua dia tidak setuju, tapi tidak tahu mengapa keesokan harinya (1 Agustus 2008) orangtuanya setuju. Orangtuanya memintaku melamar dia tanggal 6 Agustus, tanggal 17 Agustus 2008 mengantarkan seserahan lamaran, dan pada tanggal 26 Agustus 2008 akad nikahnya (hem masih teringat tanggal 21-23 Agustus 2008 aku masih sibuk dengan acara OPAK mahasiswa baru, kebetulan jadi koordinator seksi acara). Aku terima permintaan orangtuanya, karena aku beralasan ini sebuah tantangan dan harga diri, dan kami pun meangsungkan pernikahan tangal 26 Agustus 2008 (empat hari sebelum 1 Romadhan). Saat aku menikah karena kendala biaya tidak ada satupun keluargaku yang datang dipernikahanku, jadi yang mengurus dan membantu kebutuhan nikah serta yang jadi sesepuh adalah orang-orang masyarakat desa binaanku serta teman-teman mahasiswa dekatku.
Yang paling berkesan saat aku menikah adalah biaya pernikahanku yang penuh rekayasa (di maksud adalah: 1). ketika proses lamaran aku tidak ngasi uang sama sekali, namun mertuaku memberiku amplop berisi uang sebesar Rp. 1.500.000 untuk diserahkan pada calon tunanganku setelah aku serahkan pada tunanganku, kumudian oleh tunanganku diserahkan kembali pada orangtuanya, 2). Ketika proses seserahan pihak mempelai pria harus memberikan barang berbentuk perhiasan emas seperti cincin, gelang dan kalung. Perhiasan yang aku serahkan itu pun sebenarnya milik tunanganku juga, 3). Uang asap aku hanya mampu memberi uang sebesar 1.500.000, namun oleh orangtua tunanganku di tambah 5 juta sehingga total semuanya Rp. 6.500.000. (rekayasa dana ini dilakukan mertuaku karena selain faktor aku yang tidak mampu dalam segi ekonomi, juga karena menjaga tradisi/adat masyarakat setempat.
Semester 7 (31Juni 2009) aku sudah dikaruniai momongan, kuberi dia nama “Muhammad Sholahuddin ‘Izza Setiawan”. Namun Allah masih memberiku ujian lebih berat lagi, anakku lahir dengan menderiti penyakit Silver Russel Syndrom yang mengakibatkan ada keterlembatan skimotorik halus, kasar, wicara, sosial, jantungnya bocor 8 mm, serta ada peradangan di saluran pencernaan antara kerongkongan dan lambung sekaligus intoleransi lemak sehingga kalau makan makanan yang agak keras atau minum susu kekenyakan anakku menjadi muntah, karena foktor peradangan dan intoleransi lemak tersebut, anakku sempat menderita gizi buruk. Sampai saat ini anakku sudah berusia 3 tahun lebih, namun baru bisa belajar jalan (titahan), belum bisa bicara dalam bentuk 1 kata pun serta juga belum bisa makan makanan yang agak keras (seperti nasi), dan malah pengaruh dari jantungnya yang bocor, anakku bila kecapean badannya langsung kejang dan biru. Diagnosa terakhir (24 April 2012) jantung anakku tidak bisa disumbat/diobati, solusi pengobatan satu-satunya hanya dengan tindakan “Bedah/operasi jantung yang biayanya kisaran 80 juta”.
13. Limpahan Prestasi yang Dikarunia Allah Untukku Selama Kuliah S1
Selama S-1 meski telah berkeluarga, aku masih tetap aktif di organisasi UKM Korp Dakwah Islamiyyah UIN Suka (Kordiska) dan diberi amanah menjadi Koord.Pendambingan Masyarakat (PM) serta lebih sering terjun ke desa binaan di dekat candi Kalasan. Setahun kemudian aku pun menjadi ketua UKM KORDISKA, periode 2007-2008. Tahun 2009-2010 aku menjadi ketua BEM Jurusan Jinayah Siyasah, tahun 2009-2011 menjadi pengasuh di salah satu Pesantren dan yayasan Panti Asuhan Anak Yatim Piatu dan dhuafa, bahkan aku juga aktif mengajar di beberapa sekolah TK, TPA dan SD melalui wadah Pendidikan Anak-Anak Masjid Syuhada (PAMS) Kota Baru Yogyakarta.
Meski dengan segala aktivitas dan cobaan, ketika S1, aku masih bisa berprestasi. Prestasi yang aku raih adalah dari semester 1 sd. 8 IPK-ku selalu tertinggi dalam satu jurusan, aku pernah menerima beasiswa Gudang Garam, tahun 2007, Beasiswa Supersemar, tahun 2008, jadi nominator mahasiswa teladan, pada acara Hari Ulang tahun Fakultas syariah dan Hukum, tahun 2009, aku pun masih bisa belajar/Sekolah Hukum (Pendidikan Khusus Profesi Advokat (PKPA) di Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta. Dan pencapaian yang paling istimewa saat itu, adalah pada wisuda periode III, 7 Agustus 2010, aku dinobatkan, sebagai wisudawan, dengan predikat lulusan, tercepat, terbaik cume laud, tertinggi se-Fakultas dan bahkan se-Universitas (IPK. 3.88). Lebih sangat bahagia lagi ketika wisuda bisa didampingi kedua oragtuaku, istri yang sama-sama wisuda (kebetulan wisuda bareng), anak dan kedua mertua. Dari prestasi itu, aku pun diberi beasiswa S2 oleh pihak Universitas,
14. Kisahku Ketika Kuliah S2
Di S2 aku masih berorganisasi dengan menjadi Anggota Ikatan Perpustakaan Tempat Ibadah (IPTI) Propinsi DIY, Editor teknis Disertasi Doktor Pascasarjana UIN, konsultan pembuatan skripsi, penyuluh Honorer Kemenag, dan pernah juga bekerja di Pos Bantuan Hukum (Posbakum) di Pengadilan Agama Sleman melalui Lembaga Studi dan Bantuan Hukum (LSBH) bekerjasama dengan LBH Anshor Yogyakarta yang berada di bawah naungan Asosiasi Pengacara Syariah (APSI), Tapi meski demikian, Allah masih memberiku prestasi dengan selalu peringkat I smt I sd. IV (IPK teringgi dalam 1 kelas).
Dengan obsesi mempertahankan prestasi yang aku raih ketika S1, aku terus fokus belajar, sehingga pekerjaan pun aku tidak maksimalkan, akibatnya banyak perhiasan emas istriku aku jual untuk biaya tugas dan penelitian tugas akhir (Tesis) S2-ku.
Alhamdulillah, perjuangan itu tidak sia-sia. Allah membuktikan kuasanya, prestasi S1 itu dapat aku pertahankan. Pada wisuda periode II, Sabtu 7 April 2012 aku menjadi wisudawan tercepat, terbaik, cumelaude I tingkat pascasarjana, dengan IPK 3. 79. Dengan pencapaian ini aku bisa membuat sejarah di UIN dengan menjadi mahasiswa yang bisa meraih predikat lulusan, tercepat, terbaik dan cumelaud I pada jenjang S1 dan S2 Dengan prestasi ini pula aku langsung diangkat menjadi Dosen Luar Biasa di fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan kalijaga Yogyakarta. Sekarang juga jadi Dosen di Universitas Muhammadiyah Purworejo Jateng
Saat ini, karena faktor orang tua, saya harus boyong ke Pontianak Kalimantan Barat, dan di Pontianak sampai sekarang aktivitasku:
1. Dosen LB di IAIN Pontianak
2. UM Pontianak
3. Pengajar di Ponpes Darun Nasyiin
4. Tiap Senin dan jumat Sore, selalu mengisi ceramah pada jemaah di berbagai majelis ta'lim
Saat ini, karena faktor orang tua, saya harus boyong ke Pontianak Kalimantan Barat, dan di Pontianak sampai sekarang aktivitasku:
1. Dosen LB di IAIN Pontianak
2. UM Pontianak
3. Pengajar di Ponpes Darun Nasyiin
4. Tiap Senin dan jumat Sore, selalu mengisi ceramah pada jemaah di berbagai majelis ta'lim
15. Karya Tulis yang Pernah Aku Tulis
Karya yang berkaitan dengan ke-TKA?TPA-an yang pernah ia tulis adalah: Bimbingan & Pangajaran (2007), Panduan Sholat Praktis TKA-TPA (2008), Panduan Tajwid Praktis TKA TPA (2009), Kumpulan Pidato Anak-anak (2009), dan buku-buku tersebut kemudian dikompilasi menjadi satu buku dengan judul Kumpulan Materi TKA-TPA Lengkap dengan Kurikulum, Surah-Surat Pendek, Ayat dan Hadist Pilihan, Doa-Doa Pendek, Aqidah, Akhlak, Tajwid, Nasyid Islami, Tepuk-Tepuk dan Materi tambahan lain (2010).
Sedangkan karya ilmiah yang berkaitan dengan akademiknya diantaranya: Efektifitas Penerapan Perda Syariah di Pamekasan (Penelitian DPP UIN SUKA, 2009), Pertanggungjawaban Pidana Persetubuhan terhadap Anak Kandung Perspektif Hukum Islam: Studi Putusan No. 99/Pid/2009/PN. Yogyakarta (Skripsi, 2010 jadi skripsi terbaik dan diterbitkan oleh pihak fakultas), Konsep Syura dalam Islam: Studi Al-Qur’an Al-Hadis: Teori dan Metodologi (2010), Politik Syariat Islam; dari Indonesia hingga Nigeria: Kajian dalam Sosiologi Politik (Review, 2011), Ekonomi Kerakyatan: Sebuah Kajian Konseptual: Pendekatan dalam Pengkajian Islam (Penelitian, 2011), Demokrasi dan Desentralisasi: Kajian dalam Ilmu Pemerintahan ((Penelitian, 2011), Konsep Darul Islam/Negara Islam Indonesia (DI/NII): Kajian dalam Ilmu Politik Islam dan Negara Bangsa (2011), Pemikiran Politik Ibnu Taimiyah: Kajian dalam Pemikiran Politik Islam (2011), Nabi Muhammad sebagai seorang Negarawan: Kajian dalam Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam (Klasik, Tengah dan Modern) (2011), Relasi Agama dan Negara; Studi terhadap Maraknya Formalisasi Syariat Islam di Indonesia: Kajian dalam Sejarah Sosial Pemikiran Hukum Islam (2011), Konstitusialisme Piagam Madinah: Kajian dalam Teori Konstitusi (2011), Islam, Politik, dan Etnisitas Melayu di Malaysia: Kajian Studi Politik Islam Kawasan (opini, 2011), Etika Politik dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara: Kajian dalam Etika Politik dan Pemerintahan dalam Islam (opini, 2012), Gerakan Formalisasi Syariat Islam Majelis Mujahidin Indonesia (MMI): Sebuah Pendekatan Gerakan Sosial (2012), Fenomena Trasformasi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dari Partai Eskslusif Menuju Partai Insklusif (2012), Sanksi Pidana Melanggar Kesusilaan: Studi putusan No. 198/Pid.B/2010/Pengadilan Negeri Yogyakarta (2012), dan Formalisasi Hukum Islam Pasca Reformasi (Tesis, 2012), Politik Etnis dalam Perebutan Kekuasaan di Kalimantan Barat: Studi terhadap Gerakan Politik Ikatan Keluarga Besar Madura Kalimantan Barat pasca Konflik antar Etnis1997, Buku pengantar Hukum Agraria, buku Hak Tanggungan (masih dalam tahap proses penyelesaian), dan Negara Madinah (Sebuah PrototypeKetatanegaraan Modern) Jurnal IN Right Jurusan Hukum Pidana dan Tata Negara Islam Fak. Syariah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
16. Rahasia Kesuksesanku
Dari prestasi yang aku raih ini, tidak banyak yang aku lakukan, kecuali hanya mengutamakan kuliah dari pada organisasi (artinya selama kegiatan itu bentrok dengan jadwal kuliah, aku tetap pilih kuliah), rajin baca dan mencatat (sesuai tugas mahasasiswa bembaca, berdiskusi dan menulis), bertanya pada dosen bila tidak paham, ta’dim pada guru/dosen, tidak banyak buang waktu dengan main atau jagungan, banyak beribadah, berdoa, puasa senin-kamis dan selalu minta doa/ridho orangtua, dan satu lagi yang tak terlupakan adalah adanya motivasi dan obsesi yang diperjuangkan, Itu saja.
17. Kekuranganku
Kekuranganku adalah tidak fasih bahasa Inggris, meski aku Aliyahnya jurusan Bahasa (Bahasa Arab, Indonesia dan Inggris) serta menjadi lulusan terbaik ke-2 tingkat kabupaten, namun karena saat pengabdian aku hanya mengajar Agama dan kitab pada TK, dan MI, serta saat kuliah S1 karena tuntutan biaya hidup dan peluang, aku lebih fokus pada mengajar TK, TPA, SD, bina desa binaan serta kadang mengisi pengajian, maka aku menelantarkan bahasa Inggrisku. Tidak dikira jalan hidupku setelah lulus S1 berubah, aku pun merasa sangat bodoh di bahasa Inggris, mau kursus pun tidak punya kesempatan (terkendala kuliah sambil kerja, serta biaya pengobatan anak. Beasiswanya hanya berupa beasiswa SPP, sedangkan untuk biaya buku, living kost dan biaya hidup cari sendiri), namun demikian aku tidak akan menyerah belajar dan terus belajar.
Kekuranganku juga adalah orangnya labil, terhadap orang dan/atau orang lain memandangku sangat baik dan familiar, tapi bagi orang-orang terdekatku (keluargaku) aku dikenal emosian, itu aku akui, meski aku emosian, aku marah hanya pada bila melihat sesuatu yang tidak benar baik menurut agama, negara dan etika, kadang spontan aku bicara dengan intonasi keras. Namun demikian emosian bila sudah ya sudah, artinya beberapa menit setelah marah, langsung baik lagi, habis marah bila yang dimarahin tersenyum aku juga jadinya ikut tersenyum.
Selain itu, kekuranganku juga, adalah tidak pernah hasil tulisan-tulisanku aku muat baik di media cetak, jurnal atau cetak jadi bayak buku, terkait dengan kekuranganku yang ini, mungkin bisa dikatakan aku tidak mampu, namun lebih dari itu, sebenarnya aku tidak pernah mencoba aja mengirim tulisan baik ke media cetak atau jurnal, meski kadang banyak yang bilang (termasuk dosen) tulisanku layak dimuat atau dicetak jadi buku. (dalam Blog ini sengaja banyak yang tidah aku posting karena terkait Hak Cipta).
18. Cita-Cita dan Harapan Masa Depanku
Cita-cita kuatku sekarang, bila telah mendapat pekerjaan yang layak terutama bisa langsung diangkat dosen tetap (PNS) atau menjadi Hakim pengadilan Agama. Selain aku akan mengabdi pada Negara, aku juga ingin membuka Yayasan Pesantren Yatim dan Dhu’afa yang khusus menampung anak-anak yang yatim atau tidak mampu/putus sekolah, aku akan didik mereka ilmu agama dan umum serta akan aku tanggung semua biaya pendidikannya. Masih banyak anak-anak di daerahku yang putus sekolah, aku prihatin bila melihat mereka lulus SD/MI terus tidak lanjut sekolah dan memilih bekerja guna membantu orangtuanya. Aku tidak ingin mereka yang yatim/tidak mampu jadi putus sekolah, biar juga tidak ingin mereka bernasib sama seperti aku.Semoga Allah mengabulkan keinginanku ini. Bila dikabulkan Allah aku punya nadzar akan memberangkatkan kedua orangtua menunaikan ibadah haji.Amin.
19. Pesan dan Kesan
Sedikit kisah perjalanan hidupku ini kutulis bukan untuk/bermaksud menyombongkan diri, sebenarnya dengan aku menulis ini ada rasa malu, hina dan bukan minta rasa iba, namun setulus hatiku hanya ingin semoga adik-adikku / siapapun yang membaca tulisan ini bisa ikut termotivasi. Sedangkan untuk kekuranganku, aku harap janganlah ditiru. Perjalananku tidak selesai dengan apa yang aku raih saat ini, karena aku tahu, aku bukanlah aku saat ini, tapi aku adalah untuk aku 10 atau 15 tahun yang akan datang (jika panjang umur). Aku ingin jadi orang yang bermanfaat bagi orang lain.
Lihat juga
Lihat juga
PRINSIP HIDUPKU
1. “Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu” (QS. Muhammad: 7)
2. ……” Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. Al-baqoroh; 216)
3. “Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri……….” (Qs. Al-Isro’: 7)
4. “Dan tidak ada suatu binatang melatapun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezkinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh mahfuzh). (QS. Hud:6)
5. “……..Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia. (QS. Al-Rad:11)
6. “…….Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar.” “Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya……….” (QS. At-Tholaq:2 & 3)
7. Pelaut yang ulung tidak lahir dari laut yang tenang.
8. Jangan pernah berkata “Wahai Allah, masalahku sangat besar, Tapi katakanlah “Wahai masalah. Allah itu sangat Besar”
9. Lebih baik mencoba lalu gagal, dari pada kita gagal mencoba
TANAMKAN DALAM SETIAP NAFAS HIDUP KITA
MAN JADDA WA JADA
Barang Siapa ingin mendapatkan apa yang diinginkan/cita-citakan, maka bersungguh-sungguhlah/seriuslah berusaha, niscaya cita-cita itu akan tercapai
sumber : http://politikdanhukumku.blogspot.co.id/2012/04/kisah-hidupku-dalam-mencapai-prestasi_28.html
(makasih banyak om inspirasinya)
(makasih banyak om inspirasinya)
0 komentar:
Posting Komentar
mohon di komen jika ada kesalahan dalam pengerjaan saya dan mempermudah saya mengoreksi tugas saya trims :
NB : jika gambar tidak muncul di pos mohon di klik 1x untuk melihat..