This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Minggu, 12 Juni 2016

laporan manajemen kesuburan tanah 2016


I.    PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang

Mempertahankan kesuburan tanah pada tingkat memuaskan dan pada waktu yang sama juga menghasilkan tanaman yang menguntungkan merupakan masalah yang tidak mudah. Ia berhubungan dan bergantung dari berbagai faktor yang berubah-ubah dan bukan sifat kesuburan. Faktor ini secara nyata menentukan tingkat dari berbagai masalah kesuburan dan sebaiknya dipengaruhi cara kita mempertahankan kesuburan.

Kesuburan tanah sebenarnya mempunyai dua pengertian yaitu kesuburan tanah dan produktifitas tanah. Kesuburan tanah merupakan daya kesanggupan tanah secara alami untuk memberikan hasil atau untuk menyediakan hara dalam jumlah cukup dan seimbang. Produktifitas tanah adalah daya kesanggupan tanah untuk memberikan hasil maksimum dengan menggunakan teknik pengelolaan/manajemen tanah sebaik-baiknya.

Kesuburan tanah selanjutnya ditentukan oleh keadaan fisik, kimia dan biologi tanah. Keadaan fisika tanah antara lain kedalaman efektif tanah yaitu dalamnya lapisan tanah dimana perakaran tanaman dapat berkembang secara bebas, tekstur, struktur, kelembaban dan tata udara. Keadaan kimia tanah antara lain reaksi tanah, banyaknya unsur hara dan cadangan unsur hara bagi pertumbuhan tanaman dan pH tanah. Keadaan biologi tanah yaitu bahan organik, humifikasi, mineralisasi dan peninkgatan nitrogen udara.

Secara umum dapat dikatakan bahwa tanah yang subur adalah tanah yang mempunyai kedalaman efektif yang cukup dalam (lebih dari 150 cm), bertekstur lempung, remah, pH tanah 6,5, mempunyai kegiatan jasad renik atau jasad hidup tanah yang tinggi, kandungan unsur haranya cukup bagi pertumbuhan tiap jenis tanaman.

Dalam pertanian dan peternakan penggunaan sisa tanaman, pupuk kandang dan kacang-kacangan merupakan gabungan sederhana yang dapat dipakai penyusun berbagai faktor kesuburan. Usaha penanaman jagung biasanya dilakukan secara intensif dan menggunakan pupuk buatan.

Tanah yang cocok untuk digunakan oleh tanaman jagung adalah tanah gembur dan subur karena tanaman jagung memberikan aerase dan drainase yang baik dengan kedalaman zona perakaran yang cukup yaitu 1 – 1,7 m, jagung dapat tumbuh dengan baik pada berbagai jenis tanah. Tanah lempung berdebu adalah tanah yang baik untuk pertumbuhannya.

Berdasarkan hal tersebut di atas maka perlu dilakukan pengamatan kesuburan tanah untuk mengetahui pertumbuhan tanaman yang diberi berbagai jenis dan dosis pupuk.

B.     Tujuan dan Kegunaan

Tujuan dari praktikum ini yaitu untuk mengetahui pengaruh pemberian berbagai jenis dosis pupuk terhadap pertumbuhan tanaman jagung (Zea mays L.). Sedangkan manfaat yang diperoleh dari pelaksanaan praktikum ini yaitu sebagai bahan informasi bagi praktikan tentang pengaruh pemberian berbagai jenis dan dosis pupuk terhadap pertumbuhan tanaman jagung (Zea mays L.).

C.    Hipotesis

Hipotesis dari praktikum ini yaitu sebagai berikut :
1.    H0 : Tidak ada pengaruh pemberian berbagai jenis dan dosis pupuk terhadap pertumbuhan tanaman jagung (Zea mays L.).
2.    H1 : Ada pengaruh pemberian berbagai jenis dan dosis pupuk terhadap pertumbuhan tanaman jagung (Zea mays L.).





II.    TINJAUAN PUSTAKA
A.    Konsep Kesuburan Tanah

Dalam konsep kesuburan tanah pada dasarnya mengkaji kemampuan suatu tanah untuk menyuplai unsur hara yang tersedia bagi tanaman untuk mendukung pertumbuhan dan produksi tanaman. Unsur hara dalam bentuk tersedia dapat diserap oleh tanaman. Kelebihan unsur-unsur yang tersedia ini dapat meracuni tanaman. Suplai unsure hara tersedia dipengaruhi oleh sifat-sifat tanah yaitu sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Ketiga sifat ini saling berinteraksi mengondisikan tanah, apakah subur atau tidak. Kesuburan tanah selalu berkonotasi dengan produktivitas suatu tanah yang diperlihatkan oleh hasil tanaman/satuan luas tanah (Lahuddin, 2007)

1.    Kesuburan fisik

Kekurangairan air dalam tanah menghambat pelarutan pupuk dan pelepasan ion haranya serta aliran massa dan difusi larutan hara dari tanah ke akar. Kekeringan tanah juga memekatkan larutan pupuk yang dapat merusakkan jaringan tanaman karena plasmolisis. Perkolasi cepat dalam jumlah banyak akan melindi banyak bahan pupuk yang terlarutkan. Pupuk juga dapat hilang akibat terbawa aliran permukaan. Pelindi unsure hara pupuk meningkat dalam tanah bertekstur kasar karena daya tambat lengas dan haranya kecil. Struktur dan konsistensi tanah menentukan kerapatan akar dan jangkauan penjalarannya (Notohadiprawiro et. al.2006).

Tekstur tanah dapat mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman, dimana dari hasil penelitian menunjukkan bahwa tanaman jagung ideal tumbuh pada tanah bertekstur lempung, sedangkan kentang ideal pada tanah bertekstur lempung berpasir ketimbang yang bertekstur liat dan pasir berlempung (Foth, 1984).

Pengaruh bahan organik terhadap sifat fisika tanah adalah terhadap peningkatan porositas tanah. Porositas tanah adalah ukuran yang menunjukkan bagian tanah yang tidak terisi oleh bahan padat tanah yang terisis oleh udara dan air. Pori-pori tanah dapat dibedakan pori mikro, pori meso dan pori makro. Pori dalam tanah akan menentukan perbandingan tata udara tanah dan tata air yang baik (Suntoro, 2003).

2.    Kesuburan Kimia

Tanah yang mengandung unsur hara yang optimum untuk nutrisi tanaman, tidak terlalu asam dan bebas dari unsur-unsur toksik/racun dapat dianggap mempunyai kesuburan kimia. Kesuburan tanah sebagai median untuk pertumbuhan tanaman tidak tergantung pada pengadaan air, udara, unsur hara dan suhu tanah. Tanah cukup lunak dan cukup memungkinkan untuk terjadinya perkecambahan dan perkemangan akar yang baik. Tanah perlu memiliki ukuran pori yang merata, sehingga mudah terjadi gerakan udara maupun air yang menunjang perkembangan akan suhu di daerah perakaran harus berkisar pada batas-batas tertentu yang tidak berbahaya sehingga tanah tersebut memiliki kesuburan fisik, karena keduanya secara seimbang penting bagi kesuburan tanah keseluruhan (Indranada, 1989).
Semakin tinggi pemberian nitrogen semakin cepat pula sintesa karbohidrat yang diubah menjadi  protein dan protoplasma. Akan tetapi kalau terlalu banyak akan menghambat pembungaan dan pembuahan pada tanaman. Sebaliknya, kekurangan unsur nitrogen dapat menyebabkan sel tanaman yang terbentuk kecil, warna daun menjadi hijau kekuning-kuningan, dan mudah rontok serta produknya rendah (Kartasapoetra, 1988).

Fungsi utama kalium bagi tanaman adalah membantu dalam pembentukan protein dan karbohidrat, memperkuat jaringan tanaman agar daun dan buah tidak mudah gugur. Selain itu, kalium berguna sebagaikekuatan bagi tanaman untuk menghadapi kekeringan dan penyakit (Lingga, 1999).

Pengaruh keasaman tanah pada pertumbuhan tanaman adalah melalui pengaruhnya pada ketersediaan anasir hara yang diperlukan tanaman. Tanah-tanah berkeasaman tinggi (pH rendah) mengandung kationn-kation besi dan aluminium bebas dalam takaran banyak yang mampu menyerap ion fosfat sehingga tidak tersedia bagi tanaman. Pada pH tinggi, kation mangan juga akan menyerap anion fosfat sehingga tidak tersedia bagi tanaman (Poerwowidodo, 1993).

3.    Kesuburan Biologi

Pendekatan yang kurang komprehensif terhadap kesuburan tanah selama ini yakni hanya memfokuskan dari faktor kimianya saja telah terbukti menimbulkan dampak negatif terhadap kualitas tanah dalam jangka panjang. Selain faktor kimia berupa unsur makro dan mikro yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman, faktor biologis (biokimia) yang terutama dimainkan oleh mikroba juga sangat penting. Berbagai senyawa organic yang dihasilkan oleh mikroba dalam proses dekomposisi berbagai bahan organic di alam berperan dalam memacu merangsang pertumbuhan, mempercepat proses pembungaan, meningkatkan proses biosintesis senyawa biokimia, menghambat pathogen, bahkan juga meningkatkan produksi senyawa metabolit sekunder sebagai bahan baku obat, pestisida dan sebagainya (Aryantha et. al., 2002).

Santun Sitorus, (1985) dalam bukunya yang berjudul: “Evaluasi Sumber Daya Lahan”, mengemukakan bahwa semua makluk hidup baik yang masih hidup maupun yang sudah mati mempunyai pengaruh terhadap pembentukan tanah. Peranan vegetasi dalam pembentukan tanah ditentukan oleh sistim perakaran, kemampuan menghasilkan bahan organik dan tajuk daunnya. Vegetasi merupakan sumber primer bahan organik sisa-sisa tanaman yang telah mati, antara lain daun, ranting, akar dan batang dari tanaman keras (plans) maupun tanaman muda (crops).

Pupuk kandang dapat meningkatkan aktivitas mikroorganisme tanah karena bahan organic dari pupuk kandang digunakan oleh mikroorganisme sebagai sumber energi. Dalam proses dekomposisi, mikroorganisme memerlukan karbon dan unsure hara untuk memperoleh energi dan zat penyusun tubuhnya dalam pertumbuhannya (Anna, et al., 1985).

4.    Kesuburan Klimatik

Iklim berpengaruh langsung atas suhu tanah dan keairan tanah serta berdaya pengaruh tidak langsung pula lewat vegetasi. Hujan dan angin dapat menimbulkan degradasi tanah karena pelindian (hujan) dan erosi (hujan dan angin). Energi pancar matahari menentukan suhu badan pembentuk tanah dan tanah dengan demikian menentukan laju pelapukan bahan mineral dan dekomposisi serta humifikasi bahan organik. Semua proses fisik, kimia dan biologi bergantung pada suhu. Air merupakan pelaku proses utamadi alam,menjalankan proses alihragam (transformation) dan alihtempat (translocation) dalam tubuh tanah, pengayaan tubuh tanah dengan sedimentasi, dan penyingkiran bahan dari tubuh tanah dengan erosi, perkolasi dan pelindian (Notohadiprawiro, 1993).

Di Negara-negara tropis seperti Indonesia, kekuatan jatuh air hujan dan kemampuan aliran permukaan menggerus permukaan tanah adalah merupakan penghancur utama agregat tanah. Agregat tanah yang sudah hancur kemudian diangkut oleh aliran permukaan, mengikuti gaya gravitasi sampai ke suatu tempat dimana pengendapan terjadi. Keseluruhan proses tersebut, aitu penghancuran agregat, pengangkutan partikel-partikel tanah, dan pengendapan partikel tanah disebut sebagai erosi tanah (Dariah et al., 2003).

Temperatur merupakan suatu ukuran intensitas panas. Jarak hidup tumbuh optimal pada kisaran temperatur sangat sempit. Sebagian besar tanaman pertanian membutuhkan kisaran temperatur 15oC – 40oC untuk pertumbuhan maksimalnya. Respirasi, permeabilitas dinding sel, serapan air dan hara, transpirasi, aktivitas enzim dan koagulasi protein (Poerwowidodo, 1993).

B.    Pupuk Organik

Pemberian bahan organik (misalnya pupuk kandang) merupakan salah satu cara dalam upaya meningkatkan kualitas tanah tersebut (Sanchez, 1992). Bahan organik adalah jumlah total semua substansi yang mengandung karbon organik di dalam tanah, terdiri dari campuran residu tanaman dan hewan dalam berbagai tahap dekomposisi, tubuh mikroorganisme dan hewan kecil yang masih hidup maupun yang sudah mati, dan sisa-sisa hasil dekomposisi. Beberapa manfaat pemberian bahan organik adalah meningkatkan kandungan humus tanah, mengurangi pencemaran lingkungan, mengurangi pengurasan hara yang terangkut dalam bentuk panenan dan erosi, memperbaiki sifat-sifat dan memperbaiki kesehatan tanah. Bahan organik dalam tanah berfungsi untuk meningkatkan kesuburan fisik, kesuburan kimia dan kesuburan biologi, demikian pula sebaliknya (Widiana, 1994).

Peranan bahan organik dengan hasil akhir dekomposisi berupa humus dapat meningkatkan kesuburan fisik tanah. Humus mempunyai luas permukaan dan kemampuan adsorpsi lebih besar daripada lempung. Sehingga meningkatkan kemampuan mengikat air. Sifat liat (plastisitas) dan kohesi humus yang rendah meningkatkan struktur tanah yang kurang sesuai pada tanah bertekstur halus dan meningkatkan granulasi (pembutiran) agregat sehingga agregat tanah lebih mantap. Agregasi tanah yang baik secara tidak langsung memperbaiki ketersediaan unsur hara. Hal ini karena agregasi tanah yang baik akan menjamin tata udara dan air tanah yang baik pula, sehingga aktivitas mikroorganisme dapat berlangsung dengan baik dan meningkatkan ketersediaan unsur hara. Peranan bahan organik dalam meningkatkan kesuburan fisik tanah juga dengan mengurangi plastisitas dan kelekatan serta memperbaiki aerasi tanah. Humus juga menyebabkan warna tanah lebih gelap sehingga penyerapan panas (Syukur, 2005).

Fungsi bahan organik dalam meningkatkan kesuburan kimiawi adalah pengikatan atau penyerapan ion lebih besar, meningkatkan kapasitas pertukaran kation. Humus merupakan kompleks koloidal dengan modifikasi lignin poliuronida, lempung, protein dan senyawa lain berfungsi sebagai misel yang kompleks. Misel mengandung muatan negatif dari gugus –COOH dan –OH yang memungkinkan pertukaran kation meningkat. Fungsi bahan organik dalam meningkatkan kesuburan kimiawi juga akibat penurunan hilangnya unsur hara karena pelindian sebab bahan organik mengikat ion dan immobilisasi N, P, dan S, pelarutan sejumlah unsur hara terutama fosfat dan mineral oleh asam-asam organik sehingga membantu pelapukan kimia mineral dan sebagai gudang unsur hara. Pengaruh bahan organik bagi kesuburan biologis tanah adalah untuk membentuk jaringan tubuh mikroorganisme dan sumber energi bagi mikroorganisme tanah sehingga populasi mikroorganisme meningkat sehingga meningkatkan ketersediaan unsur hara (Buckman & Brady, 1982).

C.    Pupuk An-organik

Pupuk anorganik adalah pupuk yang dibuat oleh pabrik-pabrik pupuk dengan meramu bahan-bahan kimia anorganik berkadar hara tinggi.  Misalnya urea berkadar N 45 – 46% (setiap 100 kg urea terdapat 45 – 46 kg hara nitrogen). Ada beberapa keuntungan dari pupuk anorganik, yaitu (1) pemberiannya dapat terukur dengan tepat, (2) kebutuhan tanaman akan hara dapat dipenuhi dengan perbandingan yang tepat, (3) pupuk anorganik tersedia dalam jumlah cukup, dan (4) pupuk anorganik mudah diangkut karena jumlahnya relative sedikit dibandingkan dengan pupuk organic. Pupuk anorganik mempunyai kelemahan, yaitu hanya selain mempunyai unsure makro, anorganik ini sangat sedikit ataupun hampir tidak mengandung unsur hara mikro (Lingga dan Marsono, 2000).

Pupuk anorganik atau pupuk buatan dapat dibedakan menjadi pupuk tunggal dan pupuk majemuk.  Pupuk tunggal adalah pupuk yang hanya mengandung satu unsur hara misalnya pupuk N, pupuk P, pupuk K dan sebagainya.  Pupuk majemuk adalah pupuk yang mengandung lebih dari satu unsur hara misalnya N + P, P + K, N + K, N + P + K dan sebagainya (Hardjowigeno, 2004).

1.    Urea
Pupuk urea pada tanah pertanian biasanya diperuntukan untuk tanaman sayur-sayuran karena pupuk ini sangat berguna dalam pembentukan material tanaman dan pertumbuhan vegetatif daun, sedangkan pupuk TSP dan KCL lebih diperuntukan untuk mempercepat pembungaan dan peningkatan kualitas tanaman. Kombinasi dari ketiga pupuk tersebut sangat sangat dibutuhkan untuk memperoleh pertumbuhan yang baik pada tanaman (Danarti dan Najiarti, 1992).

Kombinasi pupuk urea,TSP, dan KCL sangat dibutuhkan dalam proses pertumbuhan material tanaman dan pertumbuhan vegetatif daun, batang, dan akar serta dapat meningkatkan daya tahan tanaman terhadap penyakit (Sumarno, 1986). Pemberian kombinasi pupuk Urea, TSP, dan KCL pada takaran yang berbeda dapat memberikan pengaruh yang berbeda pula terhadap pertumbuhan tanaman.

2.    TSP

Pupuk TSP merupakan pupuk buatan dengan rumus molekul Ca (HP2 PO4) dengan kadar PO2 pupuk 44-53%. Pupuk ini dibutuhkan tanaman untuk merangsang pembungaan, pertumbuhan akar dan mepercepat daya serap hara tanaman. Sedangkan pupuk KCL merupakan pupuk buatan dengan kandungan kalium pupuk 60-63%. Pupuk ini sangat dibutuhkan tanaman sebagai katalis enzim dan membuat tanaman tahan terhadap penyakit dan meningkatkan daya tahan tanaman terhadap stress lingkungan ( Pijoto, 1995).

    Pupuk TSP mengandung phosfor (P) sebanyak 53%. Phosfor sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman, terutama pada pertumbuhan akar permulaan sehingga akan meningkatkan daya serap hara tanaman (Suprapto, 1992). Selanjutnya Anonim (1995) menyatakan bahwa phosfor merangsang pertumbuhan akar, mempercepat pembungaan, masaknya buah dan biji, serta sebagai penyusun lemak dan protein (Sarief, 1995). Phosfor juga sangat berperan aktif dalam mentransfer energi di dalam sel dan berfungsi merubah karbohidrat seperti tepung menjadi gula serta meningkatkan kerja kloroplas.

    Widana (1991) menyatakan bahwa tanaman menyerap phosfor dalam bentuk ion HPO2 dan ion H2PO4  tergantung pada PH larutan tanah tersebut. Pada PH 4 ion phosfor di dominasi oleh bentuk H2 PO4-  tetapi pada PH 9 phosfor lebih banyak dalam bentuk HPO42-.

3.    NPK

Nitrogen merupakan salah satu unsur hara dalam pertumbuhan tanaman yang pada umumnya sangat berperan pada pembentukan atau pertumbuhan bagian-bagian vegetatif tanaman seperti daun, batang, dan akar. Namun bila diberikan terlalu banyak dapat memperlambat pembungaan dan pembuahan tanaman. Nitrogen merupakan unsur hara bagi pertumbuhan tanaman sebab merupakan penyusun protoplasma secara keseluruhan (Seopardi, 1979).

Nitrogen mempunyai peranan yang cukup penting dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman terutaman daun karena N berperang dalam pembentukan klorofil, peningkatan kandungan protein dalam tanaman dan meningkatkan pertunasan. Menurut Viets (1965), bahwa meningkatnya pertumbuhan protein dalam jaringan tanaman dipengaruhi oleh N dalam tanaman.

Kalium bukan merupakan komponen bahan organik namun keberadaannya mutlak dibutuhkan dalam proses metabolisme tanaman (Rinsema, 1986). Kalium selalu diserap lebih awal dibanding N dan P. Kalium sangat erat hubungannya terhadap patogen (Yosagara, 1996).

Ketersediaan nitrogen merupakan faktor dominan yang menentukan laju berbagai proses yang mengakibatkan pembentukan benih. Tanggap positif terhadap nitrogen telah diketahui dalam banyak pertanaman benih rumput-rumputan tropika. Hal ini bertentangan dengan konsepsi umum yang menyatakan bahwa nitrogen meningkatkan pertumbuhan vegetatif dengan melebihi perkembangan reproduktif. Konsepsi demikian timbul dari hasil penelitian yang menunjukkan korelasi negative antara kandungan nitrogen dengan pembungaan (Mugnisjah & Setiawan, 1995).

4.    KCl

KCL  merupakan zat hara yang paling penting bagi tanaman dengan kadar kalium 60-63%. Keuntungan pupuk ini tidak mudah hilang atau tercuci air tanah. Pada tanah yang mengandung cukup K akan menghasilkan tanaman yang berkualitas tinggi. Pemberian kalium yang cukup akan memberikan polong yang baik dan berisi penuh (Suprapto,1992).

Kalium sangat berperang dalam membuka dan menutupnya stomata, proses  potosintesis, dan pengaturan permeabilitas sel (Getcheli,1973). Defesiensi K menunjukkan gejala merah pada tulang daun, tunas mudah menjadi kurus dan mudah mati (Oezer,1993).

D.    Teknik Pemupukan

Penempatan yang tepat dan saat pemberian merupakan faktor sangat penting dalam pemupukan. Tanggapan tanaman, penghindaran kerusakan, dan ketidakrepotan dan pemberian yang ekonomik harus diperhatikan. Agar efektif, pupuk harus diberikan di tempat dan disaat tanaman memerlukannya. Pemberian setahun sekali untuk beberapa hara tertentu dapat tidak cukup dan untuk hara yang lain tidak perlu. Pipik yang gampang larut, dengan konsentrasi tinggi tidak dapat diberikan pada tanaman-tanaman yang sedang tumbuh, terutama bila masih muda, karena kerusakan akibat garam (Harjadi, S. S., 1996).

1.    Larikan

Caranya, buat parit kecil disamping barisan tanaman sedalam 6-10 cm. Tempatkan pupuk di dalam larikan tersebut, kemudian tutup kembali. Cara ini dapat dilakukan pada satu atau kedua sisi baris tanaman. Pada jenis pepohonan, larikan dapat dibuat melingkar di sekeliling pohon dengan jari-jari 0,5-1 kali jari-jari tajuk. Pupuk yang tidak mudah menguap dapat langsung ditempatkan di atas tanah. Setelah itu, larikan tidak perlu ditutup kembali dengan tanah. Hindari membuat larikan hanya pada salah satu sisi baris tanam karena menyebabkan perkembangan akar tidak seimbang. Karena itu, aplikasi pupuk kedua harus ditempatkan pada sisi yang belum mendapatkan pupuk (bergantian). Biasanya cara ini dilakukan untuk memberikan pupuk susulan. Tanaman dengan pertumbuhan cepat dan perakaran yang terbatas disarankan untuk menggunakan cara larikan.

2.     Penebaran Secara Merata di Atas Permukaan Tanah

Cara ini biasanya dilakukan sebelum penanaman. Setelah penebaran pupuk, lanjutkan dengan pengolahan tanah, seperti pada aplikasi kapur dan pupuk organik. Cara ini menyebabkan distribusi unsur hara dapat merata sehingga perkembangan akarpun lebih seimbang. Tidak disarankan untuk menebar pupuk urea karena sangat mudah menguap.

3.    Pop Up 

Caranya, pupuk dimasukkan ke lubang tanam pada saat penanaman benih atau bibit. Pupuk yang digunakan harus memiliki indeks garam yang rendah agar tidak merusak benih atau biji. Cara ini lazim menggunakan pupuk jenis SP36, pupuk organik, atau pupuk slow release.

4.     Penugalan

Caranya, tempatkan pupuk ke dalam lubang di samping tanaman sedalam 10-15 cm. Lubang tersebut dibuat dengan alat tugal. Kemudian setelah pupuk dimasukkan, tutup kembali lubang dengan tanah untuk menghindari penguapan. Cara ini dapat dilakukan disamping kiri dan samping kanan baris tanaman atau sekeliling pohon. Jenis pupuk yang dapat diaplikasikan dengan cara ini adalah pupuk slow release dan pupuk tablet.

5.    Fertigasi

Pupuk dilarutkan dalam air dan disiramkan pada tanaman melalui air irigasi. Lazimnya, cara ini dilakukan untuk tanaman yang pengairannya menggunakan sistem sprinkle. Cara ini telah banyak diterapkan pada pembibitan tanaman Hutan Tanaman Industri (HTI), lapangan golf, atau nursery tanaman yang bernilai ekonomi tinggi. Lewat cara ini, akurasi dan penyerapan pupuk oleh akar dapat lebih tinggi. Pada pertanian intensif pemupukan sering dilakukan berkali-kali sehingga beberapa cara diatas dapat dilakukan bersama-sama dalam satu musim tanam.

E.    Tanaman Jagung

Jagung (Zea mays. L.) merupakan kebutuhan yang cukup penting bagi kehidupan manusia dan hewan. Jagung mempunyai kandungan gizi dan serat kasar yang cukup memadai sebagai bahan makanan pokok pengganti beras. Selain sebagai makanan pokok, jagung juga merupakan bahan baku makanan ternak. Kebutuhan akan konsumsi jagung di Indonesia terus meningkat. Hal ini didasarkan pada makin meningkatnya tingkat konsumsi perkapita per tahun dan semakin meningkatnya jumlah penduduk Indonesia (Kanisius, 1993).

1.    Botani Tanaman Jagung

a.    Klasifikasi
Menurut  muhadjir (1988) sistematika tanaman jagung adalah sebagai berikut:
Divisio        : Spermotophyta
Sub divisio    : Angiospermae
Klas        : Monocotyledonae
Ordo        : Tripaceae
Famili         : Poaceae
Genus        : Zea
Spesies    : Zea mays L.

Tanaman jagung termasuk jenis rumput-rumputan (graminae). Secara garis basar tanaman jagung terdiri atas empat kelompok : a) Zea mays indurata sturt; b) Zea mays inderata sturt; c) Zea mays everata sturt dan, d) Zea mays saccharata sturt. Tanaman jagung termasuk tanaman padi-padian, dan dalam kedaan baik tingginya dapat mencapai beberapa meter, tergantung varietasnya, iklim, teknik budidaya, dan kesuburan tanah.

b.    Morfologi

Jagung termasuk tanaman berakar serabut yang terdiri dari 3 tipe akar yaitu akar seminal, akar adventif, dan akar udara. Akar seminal tumbuh dari radikula dan embrio. Akar adventif disebut juga akar tunjang, akar ini tumbuh dari buku paling bawah, yaitu sekitar 4 cm di bawah permukaan tanah. Sementara akar udara adalah akar yang keluar dari dua atau lebih dari buku terbawah dekat permukaan tanah (Purwono dan Hartono, 2005).

Batang jagung tidak bercabang berbentuk selinder, dan terdiri dari beberapa ruas. Batang jagung terisi oleh berkas-berkas pembuluh, seolah-olah tidak beraturan. Batang jagung beruas-ruas antara 8-12 ruas sedangkan tinggi tanaman berbeda antara 1,5-3 m tergantung varietasnya (Effendi, 1985).

Daun tanaman jagung memanjang dan keluar dari buku-buku batang. Jumlah daun terdiri dari 8-48 helaian tergantung varietasnya. Daun terdiri dari tiga bagian, yaitu kelopak daun, lidah daun, dan helaian daun. Kelopak daun umumnya membungkus batang. Antara kelopak  dan helaian terdapat lidah daun yang disebut ligula (purwono dan hartono,2005)

Bunga jagung tidak memiliki petal dan sepal sehingga disebut bunga tang a tak lengkap. Bunga jagung  juga termasuk bunga tidak sempurna karena bunga jantan dan betina barada pada bunga yang berbeda (puwono,dkk,2005). Bunga jantang (staminate) dan bunga betina terdapat pada satu tanaman yang letaknya terpisah, bunga jantang terletak pada ujung tanaman sedangkan bunga betina sepanjang pertengahan  batang dan berada disalah satu ketiak daun. Staminate terbentuk pada saat tanaman sudah mencapai pertengahan umur dan didalamnya terdapat benang sari dan pada benang sari terdapat kentung sari yang berjumlah 3 pasang yang memiliki sekitar 2500 butir tepungsari (Kanisius,1993).

Bunga betina menpunyai putik yang terus memajang keluar dari dari kelobot sampai bunga dibuahi yang disebut rambut jagung. Umumnya bunga jantan 1-3 hari lebih dahulu masak dibandingan bunga betina sehingga umumnya penyerbukan silang yang umumnya terjadi (Danarti dan Najiyati,1997). Semakin siap bunga dibuahi, maka semakin bertambah jum lah rambut yang keluar melewati ujung tongkol jagung. Rambut-rambut ini menempel pada tongkol jagung yang merupakan tempat menempelnya calong biji, sebagai tempat menympan persediaan makanan, hasil daun berupa protein, zat pati, minyak dan hasil lain (Kanisius,1993).

Biji jagung tersusun rapi pada tongkol. Dalam satu tongkol terdapat 200-400 biji. Biji jagung terdiri dari tiga bagian. Bagian paling luar disebut pericarp. Bagian atau lapisan kedua yaitu endosperm yang merupakan cadangan makanan biji. Sementara bagian paliang dalam yaitu embrio atau lembaga (purwono dan hartono, 2005).

c.    Syarat Tumbuh
Setiap tanaman dalam proses hidupnya selalu membutuhkan persyaratan tumbuh. Demikian pula dengan tanaman jagung. Persyaratan tumbuh yang sesuai diharapkan dapat menunjang tingkat produksi, sesuai dengan harapan para petani (Kanisius, 1993).

1.    Iklim

Curah hujan ideal sekitar 85-200 mm/bulan dan harus merata. Pada fase pembungaan dan pengisian biji perlu mendapatkan cukup air. Sebaiknya ditanam awal musim hujan atau menjelang musim kemarau. Membutuhkan sinar matahari, tanaman yang ternaungi, pertumbuhannya akan terhambat dan memberikan hasil biji yang tidak optimal. Suhu optimum antara 23oC - 30oC. Jagung tidak memerlukan persyaratan tanah khusus, namun tanah yang gembur, subur dan kaya humus akan berproduksi optimal. pH tanah antara 5,6-7,5. Aerasi dan ketersediaan air baik, kemiringan tanah kurang dari 8 %. Daerah dengan tingkat kemiringan lebih dari 8 %, sebaiknya dilakukan pembentukan teras dahulu. Ketinggian antara 1000-1800 m dpl dengan ketinggian optimum antara 50-600 m dpl (http://fendy-muet.blogspot.com/, 30 April 2011).

Suhu optimm untuk pertumbuhan jagung berkisar antara 24 – 25oC. suhu optimal yang diperlukan untuk perkecambahan adalah 30 – 32oC, untuk pembungaan sampai pemasakan adalah 30oC. Intensitas radiasi matahari sangat diperlukan dalam jumlah yang cukup, sesuai dengan sifat tanaman jagung sebagai golongan tanaman C4. Sebaiknya jagung medapat cahaya matahari yang langsung, tanpa adanya naungan (Nurmala, 2003).





DAFTAR PUSTAKA

Dariah, A., F. Agus, S. Arsyad, Sudarsono dan Maswar. 2003.  Hubungan antara karateristik tanah dengan tingkat erosi pada lahan usahatani berbasis kopi di Sumberjaya, Lampung Barat. Jurnal Tanah dan Iklim No. 21 (Des):68-86
Buckman, H.O. dan Brady, 1982. Ilmu Tanah. Penerjemah : Soegiman. Bharata Karya Aksara, Jakarta. Hal. 131-191.
 Foth, H. D., 1984.
Harjadi, S. S., 1996. Pengantar Agronomi. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Hardjowigeno, 2004.
Kartasapoetra, A. G., 1988. Teknologi Budidaya Tanaman Pangan di Daerah Tropik. Jakarta. Bina Aksara.
Lahuddin, 2007. Aspek Unsur Mikro dalam Kesuburan Tanah. Pidato Pengukuhan  Jabatan Guru Besar Tetap Universitas Sumatera Utara. Medan.
Lingga, P., 1999. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Jakarta. Penebar Swadaya.
Mugnisjah, W. Q. dan A. Setiawan, 1995. Produksi Benih. Bumi Aksara. Jakarta.
Notohadiprawiro, T., 1998. Tanah dan Lingkungan. DIKJEN PT DEPDIKBUD. Jakarta
Nurmala, T., 2003. Serealia Sumber Karbohidrat Utama. PT. Rineka Cipta. Jakarta.
Poerwowidodo, 1993. Telaah Kesuburan Tanah. Angkasa Bandung. Bandung.
Sanchez, P.A., 1992. Sifat dan Pengelolaan Tanah Tropika. Alih bahasa : Amir Hamzah. Institut Teknologi Bandung. Bandung.
Suntoro, W. A., 2003. Peranan Bahan Organik terhadap Kesuburan Tanah dan Upaya Pengelolaannya. Jurnal Ilmu Tanah Fakultas Pertanian USU.
Syukur, A., 2005. Pengaruh pemberian bahan organik Terhadap sifat-sifat tanah dan pertumbuhan caisim di tanah pasir pantai. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 5 (1) (2005)
Widiana, G.N., 1994. Peranan EM-4 dalam Meningkatkan Kesuburan dan Produktifitas Tanah. Buletin Kyusei Nature Farming.

Rao, S., 1975. Mikroorganisme Tanah dan Pertumbuhan Tanaman. UI Press. Jakarta.